mencetak (makalah)
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Mencetak merupakan suatu cara memperbanyak gambar dengan alat cetak/ acuan/ klise. Alat cetak dapat diperoleh secara sederhana atau direncana. Dalam perkembangan seni rupa, mencetak biasa dikatakan seni grafis yakni merupakan karya dwimatra (dua dimensi) yang dibuat untuk mencurahkan ide/ gagasan dan emosi seseorang dengan menggunakan teknik cetak, sehingga memungkinkan pelipatgandaan karyanya. Hasil cetakan menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penciptanya.
Klise/ Acuan dan Hasil Cetakan
Proses mencetak yaitu membuat acuan atau klise dengan cara menggores atau mencukil pada sekeping papan, gips, logam, atau bahan lainnya. Hasil cukilan diolesi tinta, kemudian dilekatkan pada selembar kertas dan ditekan. Akhirnya tinta dari acuan melekat pada kertas. (Dr. Cut Kamaril, dkk, 2002: 4.45 – 4.53)
Mencetak dua dimensi pada dasarnya adalah membuat gambar secara tidak langsung karena dengan menggunakan alat cetakan yang disebut klise. Kreativitas dalam kegiatan ini meliputi:
- Penciptaan model klise
- Penyusunan klise sederhana untuk menghasilkan gambar cetakan yang indah.
Gambar cetakan disebut juga printing. (Tim Wajar, 2005: 7)
Mencetak atau seni grafis atau grafika adalah seni rupa yang cetakannya dikerjakan dengan tangan. Mencetak merupakan suatu cara memperbanyak gambar dengan alat cetak atau acuan yang disebut klise. Berdasarkan jenis klisenya (cetakan) dan mencetak (seni grafis) meliputi berikut. Proses mencetak diawali dengan pembuatan klise atau acuan cetak. Klise atau acuan cetak dapat terbuat dari bahan kayu atau papan, karet, logam, atau bahan lain. Klise diolesi dengan tinta cetak, lalu diletakkan pada selembar kertas ditekan-tekan hingga rata, tinta dari klise melekat pada kertas, dan jadilah hasil karya cetak atau seni grafika (Nani, 2009: 12).
Kegiatan mencetak dalam seni rupa lebih dikenal dengan seni grafis, yaitu suatu kegiatan seni yang tergolong dalam karya seni rupa dua dimensi. Tidak semua kegiatan mencetak termasuk dalam kategori seni grafis. Sebab pada zaman sekarang ini kegiatan mencetak hanya memproduksi gambar/ tulisan secara massal yang sering disebut offset.Kegiatan offset seperti ini menggunakan percetakan modern. (tim Abdi Guru, 2005: 42).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, mencetak adalah salah satu kegiatan dalam seni rupa untuk memperbanyak gambar dengan alat cetak/ acuan/ klise dengan cara menggores atau mencukil pada sekeping papan, gips, logam, atau bahan lainnya.
B. MACAM-MACAM
Berbagai macam proses mencetak, antara lain:
1. Cetak Tinggi (alto relief print)
Yakni seni cetak yang mana bagian-bagiannya timbul, apabila diberi tinta dan diletakkan path permukaan kertas (bidang datar) akan meninggalkan bekas yang sesuai dengan bagian yang timbul path cetakan (klise).
Proses cetak tinggi menggunakan klise/ acuan/ alat cetak yang akan menghasilkan gambar dari bagian yang menonjol. Apabila alat cetak dioles dengan tinta, bagian yang menonjol atu akan menerima tinta. Jika klise/ alat cetak itu ditempelkan pada kertas kemudian diangkat, maka tampaklah gambar pada kertas.
Contoh cetak tinggi yang sederhana ialah: stempel, jari, uang logam, potongan pelepah pisang, tutup botol, kulit kacang, buah-buahan, rol tissu dan benang ditempel, cukilan ubi/ wortel, dan sebagainya.
Pembuatan klise untuk cetak tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan guntingan gambar, dan selanjutnya dapat untuk mencetak, contohnya media berupa: guntingan gambar, papan/ karet (linolium)/ ubi, cat poster/ pewarna kue, pensil, kuas atau pencukil, dan kertas gambar.
Cara pembuatan:
a. Gambar ditempelkan pada papan atau karet atau ubi;
b. Pola ditoreh/ dicukil dengan pisau/ alat pencukil;
c. Klise/ alat cetak selesai;
d. Klise/ alat cetak dioles dengan tinta;
e. Cetakan ke atas kertas gambar;
f. Jadilah gambar cetakan.
Cetak Penampang, Daun-daunan, dan Umbi-umbian
Bahan dan alat yang diperlukan: kertas, pewarna, pelepah daun, buah, daun-daunan, umbi-umbian, pisau, cutter, silet, alas pewarna, spon/busa, kapas, koran bekas. Proses pengerjaannya:
a) Pilihlah penampang apa yang akan dijadikan acuan cetaknya pelepah daun atau buah-buahan. Pelepah daun yang sering dijadikan acuan cetak adalah: pelepah daun pisang, pelepah daun talas, pelepah daun pepaya. Buah belimbing dapat pula dijadikan sebagai acuan cetak.
b) Potonglah penampang bahan acuan cetak itu dengan pisau, cutter atau silet. Arah potongan bebas. Usahakan agar permukaan potongan rata. Kerataan permukaan potongan sangat menentukan hasil cetakannya.
c) Siapkan pewarna. Pewarna yang disiapkan bergantung dari keadaan bahan acuan cetaknya. Bila acuan cetaknya masih mengeluarkan getah/cairan, cukup disediakan serbuk pewarna saja. Pewarna akan menjadi cair setelah bersatu dengan cairan acuan cetak. Akan tetapi bila acuan cetaknya tidak mengeluarkan cairan, kita perlu menyediakan pewarna yang sudah dicampur dengan air.Pewarna serbuk, cukup disebarkan pada alas warna yang bentuknya datar dan rata misalnya: kaca, formica, lembaran plastik, piring. Penampang acuan cetak yang mengandung cairan digosok-gosokan pada serbuk warna yang ditaburkan di alas hingga rata, maka terjadilah warna yang siap pakai. Pewarna cair dapat dipulaskan pada busa/spon, atau pada kapas.
d) Mencetakkan acuan cetak. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan ikutilah petunjuk ini.
1. Penampang acuan cetak yang masih basah tekankan pada pewarna yang ada pada alas warna tadi.
2. Selanjutnya tempelkan (sambil ditekan) acuan cetak tersebut pada kertas yang sudah diletakkan di atas koran.
3. Kemudian angkat acuan cetaknya. Gambar acuan cetak akan tertera pada kertas. Untuk membuat bentuk/gambar yang sama, lakukan kegiatan seperti yang dilakukan sebelumnya beberapa kali bergantung kebutuhan pada kertas yang sama atau yang lain.
4. Acuan cetak yang sudah kering (tidak mengeluarkan cairan), pengisian warnanya harus dengan cara menempelkan acuan cetak tersebut pada spon/busa, atau kapas yang sudah diisi pewarna. Pencetakannya sama seperti pada pencetakkan acauan cetak sebelumnya. Demikian pula pengulangan pencetakkannya.
5. Perlu diperhatikan agar pewarna yang menempel pada acuan cetak tidak berlebihan, tidak pula kekurangan. Bila hal ini terjadi, hasil cetakannya tidak akan memuaskan.
Proses pencetakkan daun-daunan dilakukan sebagai berikut:
o Pilihlah bentuk daun yang menarik serta ukurannya tidak terlalu lebar.
o Siapkan pewarna pada alas warna seperti pada cetak penampang. Usahakan agar keadaan pewarna pada alas merata keadaannya, serta tidak terlalu encer.
o Tempelkan permukaan daun tadi serata mungkin pada alas pewarna.
o Selanjutnya permukaan daun yang sudah berwarna tadi tempelkan pada kertas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Gosoklah permukaan daun itu dengan hati-hati. Agar aman dan leluasa menggosok, simpanlah kertas di atas permukaan daun tersebut.
Perlu diperhatikan agar pada proses cetak ini (penampang, daun-daunan, dan umbi-umbian) digunakan alas yang empuk. Alas yang keras, kurang baik hasilnya.
2. Cetak Dalam (intaglio print)
Yakni seni cetak yang mana bagian torehan yang membentuk pola pada bidang cetak merupakan letak tinta / cat yang akan menghasilkan cetakan sesuai dengan polanya.
Cetak dalam/ dalam sketsa merupakan kebalikan dari cetak tinggi. Kalau cetak tinggi bagian yang membentuk gambar adalah bagian permukaan yang menonjol. Cetak dalam gambar dapat muncul dari bagian yang cekung (dalam).
Proses cetak dalam menggunakan klise/ alat cetak yang akan menghasilkan gambar adalah bagian yang menjeluk/ dalam.
Cara pembuatannya senagai berikut:
a. Siapkan tembaga/ seng atau plastik tebal, alat gores yang tajam, tinta, kuas, kain lap;
b. Membuat gambar pada tembaga/ seng dengan cara digores;
c. Tinta dioleskan pada bagian yang menjeluk/ dalam;
d. Tinta yang menempel pada bagian datar dibersihkan;
e. Kemudian kertas yang akan dicetak diletakkan pada permukaan klise. Kertas ini harus kertas yang mudah menyerap tinta.
f. Selanjutnya ditindih dengan rata atau dipres dengan alat pres;
g. Akhirnya kertas diangkat dan tampaklah gambar pada kertas.
3. Cetak Datar (planografi print)
Yakni seni cetak yang proses pembuatan cetakan (klise) hampir sama dengan seni cetak dalam, contoh seni cetak photo copy atau seni cetak yang mengunakan media scener.
Contoh yang sederhana adalah cetak agar-agar.
Media: agar-agar, air, lem arab, gula pasir, dan glaserin, seng tempat untuk menuangkan, kompor, kertas gambar, tinta.
Urutan kegiatan sebagai berikut:
a. Membuat adonan acuan dengan menggunakan agar-agar, yakni, rendam agar-agar dengan air dingin selama 5 menit. Kemudian agar-agar dimasukkan ke dalam air mendidih sehingga menjadi cairan. Masukkan lem arab, glaserin, seperlunya kemudian aduk sampai merata. Selanjutnya dituang ke dalam seng sampai penuh rata dan membeku.
b. Membuat gambar pada kertas dengan tinta
c. Letakkan kertas itu pada permukaan agar-agar yang disiapkan terlebih dahulu. Permukaan kertas bergambar berada dibawah menempel pada agar-agar. Tekanlah kertas itu samapi rata pada agar-agar, lalu angkatlah dengan hati-hati. Gambar tadi menempel pada permukaan agar-agar. Jika kemudian kertas kosong diletakkan pada agar-agar itu ditekan sampai rata, lalu diangkat, gambar akan tercetak pada kertas itu.
Sekarang hampir semua percetakan menggunakan mesin cetak ofset yang berdasar pada proses cetak rata/ datar. Acuannya disebut pelat. Bagian yang menghasilkan gambar mampu menangkap tinta, tetapi menolak air. Sebaliknya bagian pelatnya menolak tinta, tetapi menarik air. Tinta yang dioleskan pada pelat itu dicampur air menurut perbandingan tertentu. Jika tinta dioleskan pada pelat, hanya bagian yang akan menghsilkan gambar saja yang akan menerima tinta, selanjutnya pindah pada kertas yang dicetak.
Cetak datar yang sederhana dapat menggunakan kaca. Disini dikatakan datar karena menggunakan kaca sebagai cetakan yang mempunyai permukaan datar.
Media: kaca satu lembar, kertas gambar yang lebih lebar daripada kaca, cat atau lem kanji yang dicampur dengan pewarna kue, kain lap, tempat cat, kuas dan koran bekas untuk alas.
Teknik pembuatan:
a. Kaca digambari dengan cat atau lem kanji dicampur dengan pewarna kue,
b. Letakkan kertas diatas kaca yang telah digambari,
c. Kertas ditekan sambil diratakan,
d. Angkat kertas dari kaca,
e. Jadilah gambar tersebut.
4. Cetak Saring (stensil print)
Proses cetak saring atau cetak sablon yang disebut juga cetak stensil ini, bagian alat cetak/ klise/ acuan merupakan bahan sutera sebagai saringan, tinta menembus acuan menghasilkan gambar.
Cara membuatnya:
a. Siapkanlah kain polos yang halus, bingkai kayu (20 x 30 cm), rakel, lem kanji, pewarna kue atau tinta cina, lilin, alat pemanas/ kompor/ anglo kuas, cat kaleng, dan paku kecil secukupnya,
b. Buatlah klise/ acuan dengan pensil dan disusul dengan digambar dengan lem yang dicampur dengan pewarna kue,
c. Gamabr kering, lalu sekitarnya diolesi dengan lilin cair,
d. Cucilah lem yang kering setelah lilin dingin dan biarkan melekat pada kain,
e. Selanjutnya acuan/ klise siap untuk menyablon. Letakkan kertas di bawah acuan. Kemudian cat diratakan dengan rakel. Akhirnya cat akan menembus kain dan terwujudlah gambar pada kertas.
Cetak sablon
Alat dan bahan yang dibutuhkan: pisau, cutter, gunting, kuas, kapas, spon/busa, sisir, sikat gigi, kertas, pewarna, koran bekas, dan tempat pewarna.
Proses pengerjaannya:
a) Membuat acuan cetak dari kertas: buatlah gambar/bentuk untuk acuan cetaknya. Torehlah kontur/pinggir gambar tadi sampai tembus.
b) Siapkan pewarna. Buatlah campuran warna pada tempat yang disediakan. Pewarna pada proses sablon ini sama dengan pewarna yang digunakan pada proses cetak sebelumnya. Kita dapat menggunakan cat air, ontan/sepuhan, pewarna kue cair, atau pewarna alam yang sudah disebutkan sebelumnya.
c) Letakkan acuan cetak di atas kertas yang masih utuh. Acuan cetak harus menempel serapat-rapatnya agar tidak terjadi kebocoran pada saat pemulasan/pencetakkan. Sebaiknya kertas tersebut dialasi kertas koran.
d) Ambil kuas, celupkan ke pewarna, selanjutnya pulaskan pada acuan yang ditoreh tadi. Bila pewarnaan menggunakan kapas atau spon yang dicelupkan pada pewarna, tentu saja tidak dipulaskan seperti kuas namun kapas atau spon itu ditekan-tekankan pada lubang acuan cetaknya.
Cara sederhana lainnya kita gunakan sikat gigi dan sisir untuk memberi warna hasil cetakan. Dengan menggosokkan sikat gigi yang terlebih dahulu dicelupkan ke pewarna pada sisir, akan terjadi cipratan pewarna yang akan melalui lubang- lubang acuan cetaknya. Hasil cetak berwarna pada proses ini dapat diatur pada saat memulaskan atau menyemprotkan pewarna. Bidang mana serta warna apa yang dipilih bergantung pada pilihan masing-masing.
Mencetak dengan teknik sablon adalah mencetak dengan menggunakan kain khusus / screen pada bidang yang menjadi sasaran cetak. Gambar atau tulisan yang tercetak pada objek cetak mengacu pada model atau klise yang terdapat pada screen.
Alat yang digunakan untuk menyablon antara lain :
- Kertas ( HVS, kalkir )
- Screen 77 T, atau tipe lain
- Screen frame
- Rakel ( lunak-tumpul )
- Coater
- Meja cetak
- Hair dryer atau kipas angin
- Handsprayer
- Spidol
- Tripleks.
Bahan-bahan yang dipakai dalam cetak sablon adalah larutan afdruk yang terdiri dari emulsi dan sensitizer, screen laquer, kaporit, dan tinta meium jdengan sandye colour. Adapun tahapan menyablon adalah sebagai berikut :
a) Membuat Desain Model / Klise
Model biasanya berupa tulisan atau gambar, bisa bersifat resmi atau bergaya. Desain model tersebut dapat dirancang dengan komputer dan dicetak / print dengan kertas HVS, atau bisa juga dikerjakan dengan keterampilan tangan langsung di atas kertas HVS atau kalkir.
a. Membuat model / klise sablon satu warna.
Model / klise untuk satu warna ini pada dasarnya sama dengan desainnya. Bagian yang berwarna hitam akan menahan cahaya ( ultra violet ) dari lampu neon sehingga tidak trejadi reaksi dari zat kimia ( emulsi dan sensitizer ) yang dilapiskan pada permukaan screen bagian ini. Zat kimia tetap rapuh atau tidak merapatkan pori-pori screen. Bagian yang polos akan meneruskan cahaya pada screen yang telah dilapisi larutan kimia peka cahaya sehingga pori-pori screen merapat. Bagian screen yang pori-porinya berlubang akan meneruskan tinta dari screen ke objek cetak.
b. Membuat model bentuk geometris
Bentuk geometris umumnya mudah dibuat. Bentuk geometris segi banyak beraturan memerlukan pengetahuan teknis. Untuk membuatnya kita kan mencoba beberapa di antaranya :
o Segitiga
1. Buatlah lingkaran ( dengan jangka ) dengan titik tengah S (sentrum).
2. Tarik garis tengah vertikal A-E melalui S.
3. Buat dua buah setengah lingkaran dengan titik tengah A dan E, jari-jarinya sepanjang A-S dan E-S.
4. Titik pertemuan antara lingkaran utama dengan setengah lingkaran bawah sebagai B ( kanan ) dan C ( kiri ).
5. Tarik garis dari titi A-B-C-A.
o Segi enam
1. Ulangi langkah 1 hingga 4 pada pembuatan segitiga.
2. Titik pertemuan antara lingkaran utama dengan setengah lingkaran atas sebagai D ( kanan ) dan F ( kiri ).
3. Buatlah garis dari titik A-D-B-E-C-F-A.
o Segi empat
1. Buatlah lingkaran dengan titik tengah S.
2. Tarik garis tengah vertikal A-C melalui S.
3. Tarik garis tengah horizontal B-D melalui S, tegak lurus terhadap C. Lingkaran akan terbagi menjadi empat bidang yang msing-masing sudutnya 90°.
4. Tarik garis A-B-C-D-A.
o Segi delapan
1. Ulangi langkah 1 hingga 3 pada pembuatan segi empat.
2. Tarik garis dari S melalui titik bagi ( membagi dua sama panjang ) A-B sehingga memotong lingkaran di E.
3. Lakukan dengan cara yang sama di garis B-C, C-D, D-A. Titik erpotongan dengan lingkaran bisa dibuat dengan jangka yangjarak standarnya berasal dari A-E.
4. Tarik garis dari titik A-E-B-F-C-G-D-H-A.
o Segi lima
1. Buatlah lingkaran dengan titik tengah S.
2. Tarik garis vertikal A-H melalui S, tarik garis horizontal Y-N melalui S, sehingga saling tegak lurus.
3. Buat titik X dengan membagi dua sama panjang garis S-N.
4. Buat ukuran jarak dengan jangka dari X ( jarum ) ke A ( pensil ). Gerakkan jangka dari A hingga memotong garis Y-S di titik Z.
5. Buat ukuran jarak dengan jangka dari A ( jarum ) ke Z ( pensil ). Gerakkan dari Z hingga memotong lingkaran di titik E. Jarak A-E menjadi jarak standar semua sisi segi lima beraturan.
6. Dengan standar tersebut gunakan jangka untuk membuat titik perpotongan dengan lingkaran yang nantinya akan menjadi sudut segi lima. Mulailah dari A sebagai titik pusatnya, sehingga didapat B. Letakkan jarum pada B, di dapat C, dst.
7. Tarik garis dari titik A-B-C-D-E-A.
o Segi sepuluh
1. Ulangi langkah 1 hingga 6 pada pembuatan segi lima.
2. Tarik garis dari S ke titik bagi A-B memotong lingkaran di titik F. Tarik garis ke titik bagi B-C memotong lingkaran sebagai titik G, dst.
3. Tarik garis dari titik A-F-B-G-C-H-D-I-E-J-A.
b) Mengafdruk/Exposing
Mengafdruk adalah memindahkan model/klise ke dalam screen dengan melapiskan larutan kimia (emulsi dan sensitizer) lalu merefleksikan model/klise pada screen dengan cahaya ultraviolet dari lampu neon. Oleh karena itu, pada saat melapisi dan mengeringkan screen harus terhindar dari sinar yang mengandung ultraviolet. Tahapannya adalah :
1. Membuat larutan afdruk emulsi dan sensitizer dengan perbandingan 9 : 1 pada wadah coater.
2. Aduk merata hingga menjadi jel, lalu ratakan ke permukan screen luar dan dalam langsung dengan tepi coater tersebut atau alat apa saja yang dapat meratakan.
3. Keringkan screen dengan hair dryer atau kipas angin dan jangan kena sinar ultra violet.
4. Model/klise diletakkan terbuka diatas kaca meja sablon/afdruk yang dibawahnya terdapat lampu neon. Lekatkan pada kaca dengan selotip transparan agar model tidak tergeser.
5. Letakkan screen tepat menumpuk di atas model/klise. Tutup dengan kain hitam dan beri beban pemberat agar screen, model, dan kaca rapat merata.
6. Lakukan penyinaran dengan menyalakan lampu neon yang mengandung ultra violet sekitar 4-5 menit.
7. Setelah neon dipadamkan, screen yang telah berfungsi sebagai klise tetap ditutup dengan kain gelap agar tidak terkena sinar ultra violet lalu dibawa ke tempat pencucian.
8. Screen dicuci dengan air mengalir untuk menghentikan proses reaksi kimia. Gunakan penerangan cahaya lamu merah 5 watt atau non ultra violet.
9. Terawang dan bersihkan dengan handsprayer terutama ada bagian yang diharapkan tembus tinta ( image area ) agar bebas sama sekali dari lapisan afdruk.
10. Jika terdapat cacat/kebocoran pada bagian yang seharusnya tidak tembus tinta ( non image area , pulaskan screen laquer dengan kapas pembersih telinga.
11. Keringkan dengan hair dryer atau sinar matahari. Screen siap pakai.
12. Screen klise yang telah selesai dipakai dapat dihapus dan dibersihkan dengan larutan kaporit. Jika tidak rusak, dapat digunakan untuk model/klise yang lain.
c) Menyablon Kain dengan satu Warna
1. Siapkan tripleks berukuran selebar kaus, beri perekat ( printak ) di bagian atasnya lalu sisipkan ke dalam kaus.
2. Aduk tinta medium dengan sandye colour hingga merata.
3. Letakkan kaus di atas meja sablon, letakkan screen sesuai posisi di atas kaus.
4. Dengan spidol, beri tanda bagian atas ( leher ) kaus sejajar dengan lis screen, begitu juga bagian sampingna ( ketiak ).
5. Poleskan tinta dengan rakel untuk mengisi dan meratakan pola gambar pada screen dngan tidak ditekan. Poles sekali ( searah polesan sebelumnya ) dengan tekanan untuk mencetak tinta pada kaus sesuai pola gambar.
6. Keringkan hasil sablonan dengan menjemur atau mendiamkan secukupnya.
5. Mencetak Lipat
Teknik cetak ini merupakan cara yang sederhana, yakni cetak lipatan kertas. Dengan teknik ini anda akan memperoleh gambar-gambar yang menarik dan bagus,
Cara membuatnya:
a. Siapkan kertas gambar, langsung dilipat,
b. Buka lipatan, lalu teteskan tinta beberapa warna,
c. Tutuplah lipatan tadi, biarkan sebentar,
d. Bukalah lipatan tersebut. Anda dapat melihat hasil cetakannya.
6. Mencetak bayangan
Mencetak bayangan merupakan kegiatan berkarya seni rupa yang menghasilkan gambar bayangan.
Media yang digunakan diperlukan kertas gambar, daun atau guntingan gambar, cat air, cat semprot, atau pewarna kue, sikat gigi bekas dan sisir.
Cara mencetak:
a. Daun atau guntingan gambar diletakkan di atas kertas gambar,
b. Cara mencetak dengan sisir atau dengan semprotan,
c. Setelah cat kering, daun atau guntingan kertas diangkat. (Dr. Cut Kamaril, dkk, 2002: 4.45 – 4.53)
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Rudi. 2008. Aspirasi Seni Budaya untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Surakarta: CV Pustaka Manggala.
Kamaril, Cut. 2002. Pendidikan Seni Rupa/ Kerajinan Tangan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nina. 2009. Seni Budaya Untuk SMA/MA Kelas XII Semester 2. Surakarta: CV Pratama Mitra Aksara.
Tim Abdi Guru. 2005. Kesenian untuk SMP kelas VIII Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Tim Wajar (Penunjang Program Wajib Belajar). 2005.Pendidikan Kesenian dan Keterampilan, semester 2, kelas VIII. Jakarta: Graha Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar